Senin, 29 Oktober 2012

Matematika Sebagai Ilmu Deduktif



Matematika Sebagai Ilmu Deduktif

Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif. Ini berarti proses pengerjaan matematis harus bersiat deduktif. Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) tetapi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Metode mencari kebenaran yang dipakai oleh matematika adalah metode deduktif sedangkan oleh ilmu pengetahuan alam adalah metode induktif atau eksperimen.
Generalisasi yang dibenarnya dalam matematika adalah generalisasi yang telah dapat dibuktikan secara deduktif.

Contoh 1:
Jumlah dua buah bilangan ganjil adalah bilangan genap.
+
1
-3
5
7
1
2
-2
6
8
-3
-2
-6
2
4
5
6
2
10
12
7
8
4
12
14
Dari tabel penjumlahan di atas jelas bahwa setiap dua bilangan ganjil jika dijumlahkan hasilnya selalu genap.
Dalam matematika tidak dibenarnya membuat generalisasi atau membuktikan dengan cara demikian. Misalkan pembuktian dengan deduktifnya sebagai berikut : misalkan m dan n adalah sebarag dua buah bilangan bulat, maka 2m + 1 dan 2n+1 tentunya masing-masing merupakan bilangan ganjil. Jika dijumlahkan :
(2m+1) + (2n+1) = 2 (m+n+1)
Karena m dan n bilangan bulat, maka (m+n+1) bilangan bulat, sehingga 2 (m+n+1) adalah genap. Jadi jumlah dua buah bilangan ganjil selalu genap.
Dari contoh di atas kita tidak boleh sembarangan membuat generalisasi sebelum kita ketahui bahwa sesuatu itu kebenaranya tidak hanya sekedar dari beberapa contoh, tetapi harus bisa dibuktikan secara deduktif.
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa matematika itu merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasu yang didasarkan kepada observasi (induktif) tetapi generalisasi ang didasarkan pada pembuktian secara deduktif. Memang para matematisi menemukan (menyusun) matematika atau bagiannya secara induktif, tetapi begitu suatu pola, aturan, dalil, rumus yang merupakan generalisasi ditemukan, maka harus dapat dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

Pengertian Matematika Menurut Beberapa Ahli



Pengertian Matematika Menurut Beberapa Ahli

Matematika tumbuh dan berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika. Logika adalah masa bayi dari matematika, sebaliknya matematika adalah masa dewasa dari logika. Sejalan dengan berkembangnya matematika, maka banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai matematika.

James dan James (1976) mengatakan bahwa matematika adalah  ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan  satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu : aljabar, analisis dan geometri. Namun pembagian yang jelas amatlah sukar untuk dibuat, sebab cabang-cabang itu semakin bercampur. Adanya pendapat yang mengatakan bahwa matematika  itu timbul karena pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran yang terbagi menjadi 4 wawasan yang luas yaitu aritmatika, aljabar, geometrid an analisis.

Johnson dan Rising (1972) berpendapat bahwa matematika adalah  pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.

Reys dkk (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Kemudian Kline (1973) mengemukakan bahwa matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dam menguasai permasalahan social, ekonomi, dan alam.Masih banyak lagi defenisi-defenisi tentang matematika tetapi tidak satupun perumusan yang dapat diterima umum atau sekurang-kurangnya dapat diterima dari berbagai sudut pandang.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran



Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran

Pembelajaran yang baik tentunya dihasilkan dengan cara-cara yang unik, cara-cara unik ini artinya seorang guru mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan inovatif bagi peserta didik sehingga peserta didik termotivasi dalam proses pembelajaran. Untuk itu seorang guru diharuskan menggunakan suatu model pembelajaran, pendekatan, dan metode pembelajaran. Namun banyak guru-guru tidak tahu bahwa model pembelajaran, pendekatan, dan metode pembelajaran memiliki perbedaan dan memiliki hubungan yang saling terkait sehingga bisa dikatakan “walaupun berbeda tetapi tetap satu” jika guru-guru atau pengajar mengetahui hal tersebut maka proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang ingin dicapai dapat berhasil.


Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir pembelajaran yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi,menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan,langkah- langkah, dan cara yang digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat dijabarkan ke dalam berbagai metode pembelajaran.
Dapat pula dikatakan bahwa metode adalah prosedur pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan.

Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif, nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
Teknik adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung. Guru dapat berganti- ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Satu metode dapat diaplikasikan melalui berbagai teknik pembelajaran.
Bungkus dari penerapan pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran tersebut dinamakan model pembelajaran.

Sebagai ilustrasi, saat ini banyak remaja putri menggunakan model celana Jablai yangterinspirasi dari lagu dangdut dan film Jablai. Sebagai sebuah model, celana jablai berbeda dengan celana model lain meskipun dibuat berdasarkan pendekatan, metode, dan teknik yang sama. Perbedaan tersebut terletak pada sajian, bentuk, warna, dan disainnya. Kembali ke pembelajaran, guru dapat berkreasi dengan berbagai model pembelajaran yang khas secara menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Model guru tersebut dapat pula berbeda dengan model guru di sekolah lain meskipun dalam persepsi pendekatan dan metode yang sama.
Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi yang di dalamnya terdapat pendekatan, model, dan teknik secara spesifik. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa sebenarnya aspek yang juga paling penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan model pembelajaran.

Rabu, 24 Oktober 2012

Perkiraan dan Antisipasi terhadap Masyarakat Masa Depan



Perkiraan dan Antisipasi terhadap Masyarakat Masa Depan
Sejarah masa lampau dan pengalaman – pengalaman, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini serta harapan masa depan menjadi tumpuan dari pendidikan. Melalui pendidikan masyarakat akan melestarikan nilai – nilai sosial kebudayaannya. Dalam UU – RI No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan bahwa “ pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa depan.” Bagi mahasiswa calon tenaga kependidikan utamanya guru, kajian tentang masyarakat masa depan tersebut berdampak ganda yakni untuk dirinya sendiri dan kelak untuk siswa – siswanya. Untuk itu di bawah ini adalah paparan tentang perkiraan masyarakat masa depan serta akan diikuti dengan kajian tentang upaya pendidikan untuk mengantisipasinya.

A. Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan dan kebudayaan Indonesia. Seperti yang dikemukakan sebelumnya masyarakat Indonesia dan kebudayaan nasional merupakan Landasan Sistem Pendidikan Nasional. Di sisi lain pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan setiap masyarakat. Dalam UU No 2 tahun 1989 juga dijelaskan bahwa “ dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa.”
Demi pemahaman dan dan karena adanya saling pengaruh antara pendidikan dan latar sosio – kultural, maka perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian kebudayaan. Dalam hal ini adalah kebudayaan dalam arti luas yakni “ keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.” ( koentjaraningrat, 1974: 19 ). Kebudayaan itu dapat :

1. Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, peraturan dan sebagainya.
2. Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Berwujud fisik yakni benda – benda hasil karya manusia. ( koentjaraningrat, 1974: 15-22 ).

Berbagai wujud kebudayaan tersebut selalu mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakat. Karena pengertian kebudayaan yang begitu luas seringkali dipecah menjadi unsur – unsur kebudayaan yang dipandang sebagai unsur – unsur universal dari kebudayaan yakni :

1. Sistem religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
3. Sistem pengetahuan.
4. Bahasa.
5. Kesenian.
6. Sistem mata pencaharian,
7. Sistem teknologi dan peralatan.

Unsur – unsur di atas diurut dari unsur yang sukar kena pengaruh dari kebudayaan lain sampai yang mudah berubah atau terpengaruh kebudayaan lain. Perubahan salah satu dari unsur – unsur tersebut akan berdampak pada keseluruhan unsur – unsur kebudayaan lainnya. Dewasa ini perkembangan kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh aspek kehidupan. Percepatan itu terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Ciri – ciri yang akan dibahas adalah :

1. Kecenderungan globalisasi yang makin kuat.
Perkembangan Iptek yang makin cepat.
2. Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat.
3. Kebutuhan / tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia.

1. Kecenderungan Globalisasi
Globalisasi berarti keseluruhan atau secara umum, sehingga bumi ini seakan – akan sebagai satu kesatuan tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi amat transparan, serta saling ketergantungan antar bangsa di dunia. Gelombang globalisasi sedang menerpa seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia, menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan dengan dampak yang berbeda – beda. Menurut Emil Salim ( 1990: 8-9 ) terdapat empat kekuatan gelombang globalisasi yang paling kuat dan menonjol. Bidang tersebut meliputi iptek, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan. Kajian keempat bidang tersebut sebagai berikut :

a) Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat, utamanya dengan menggunakan teknologi canggih seperti komputer dan satelit. Globalisasi iptek tersebut memberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta berbicara tanpa batas negara.
b) Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global tanpa mengenal batas – batas negara. Hal ini menyebabkan banyak kelompok – kelompok ekonomi yang berkembang misalnya Masyarakat Ekonomi Eropa untuk eropa barat dan NAFTA di Amerika Serikat. Globalisasi ekonomi ini telah menyebabkan negara hanya bertapal batas politik saja, sedang dari segi ekonomi semakin kabur saja. Peristiwa ekonomi di suatu negara seperti krisis moneter di Indonesia akan berdampak pula pada hampir seluruh dunia.
c) Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan Internasional yang mencapai puncaknya pada Konferensi PBB mengenai Lingkungan Hidup dan Pembangunan pada awal Juni di Brasil. Kerusakan lingkungan hidup di negara tertentu juga akan berdampak pada negara lainnya. Contohnya kebakaran hutan yang asapnya sampai ke negara – negara tetangga.
d) Bidang pendidikan yang berkaitan dengan identitas bangsa termasuk budaya nasional dan budaya – budaya nusantara. Di samping terpaan – terpaan gagasan – gagasan dalam pendidikan, globalisasi juga menerpa setiap individu manusia melalui radio, TV, dan Internet. Ke semua itu akan mempengaruhi wawasan, pikiran, dan bahkan perilaku manusia.

2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )
Perkembangan Iptek yang semakin cepat dalam era globalisasi ini merupakan salah satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Percepataan perkembangan iptek tersebut terkait dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis ( Filsafat ilmu, 1981: 9-15 ). Segi landasan ontologis objek telaah adalah berupa pengalaman dan semua wujud yang dapat dijangkau lewat alat indra telah mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya piranti yang membantu alat indra tersebut. Dari segi epistemologis cara yang dipakai untuk memperoleh pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah mengalami perkembangan yang pesat. Dengan mulai meninggalkan metode deduksi ala Aristoteles dan beralih kepada teori Darwin. Charles Darwin mempelopori penggabungan metode deduktif dengan metode induktif dan dengan mengajukan hipotesis, maka sekarang dikenal sebagai daur hipotetiko-dedukto-verifikatif dalam metode ilmiah ( filsafat ilmu. 1981: 15 dan 156 ), ataupun model induktif-hipotetiko-deduktif dalam proses penelitian ( Raka Joni, 198: 6 ). Perkembangan ilmu yang terakhir ini ialah penyusun suatu teori atau ilmu teoritis sebagai kerangka pemikiran yang menjelaskan gejala dan hubungan yang diperoleh dalam pengujian empiris dan selanjutnya dapat meramalkan dan menentukan cara mengontrol hal – hal itu. Selanjutnya landasan aksiologis atau untuk apa iptek itu dipergunakan, yang mempersoalkan untuk apa iptek itu dipergunakan secara moral tertuju pada kemaslahatan manusia. Dan terdapat serangkaian kegiatan pengembangan dan pemanfaatan iptek, yakni :

1. Penelitian dasar ( basic research )
2. Penelitian terapan ( applied research )
3. Pengembangan teknologi ( technological development )
4. Penerapan teknologi

Ilmu itu adalah kekuasaan seperti yang diucapkan Francis Balkon, karena ilmu adalah kekuasaan maka teknologi merupakan alat kekuasaan atas :

v Manusia, yakni demi kemaslahatan atau sebaliknya mengeksloitasi menusia itu.
v Kebudayaan, yakni memperkaya dan memperkuat kebudayaan atau melunturkan nilai – nilai budaya yang dapat menimbulkan krisis identitas budaya.
v Alam, yakni memanfaatkan sambil menjaga kelestariannya ataukah memusnahkan seluruh kehidupan di bumi. Untuk itu iptek merupakan salah satu kunci keberhasilan kita di masa depan.

Segala sesuatu itu pasti ada dampak positif dan negatif yang ditimbulkan begitu pula dengan iptek bisa menjadi peluang dan tantangan. Peluang bagi kita untuk mengikuti perkembangan iptek tersebut secara dini dan apabila masyarakat belum siap menerimanya maka akan berubah menjadi tantangan. Untuk itu diharapkan di masa – masa mendatang lahir pakar – pakar iptek yang menguasai secara mendalam dan memiliki wawasan yang luas dan mampu bekerja secara disiplin dan tetap berpijak pada budaya indonesia.

3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah perkembangan informasi dan komunikasi, utamanya satelit komunikasi, komputer dan lainnya. Begitu pula yang terjadi di Indonesia kemajuan itu telah mendorong perubahan masyarakat dari petani menjadi masyarakat industri dan informasi. Seiring dengan itu komunikasi antar manusia yang berbeda dalam latar kebangsaan dan kebudayaan makin meluas karena kemajuan transportasi dan telekomunikasi. Dalam berkomunikasi ada beberapa unsur dasar yakni :

Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan atau perilaku yang diinginkan oleh pengirim pesan.
Penyandian, yakni penerjemahan isi pesan ke dalam bentuk yang serasi dengan alat pengirim pesan.
Transmisi atau pengiriman pesan.
Saluran
Pembukasandian penerjemahan kembali apa yang diterima ke dalam isi pesan oleh penerima.
Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterimanya.
Gangguan atau hambatan yang dapat terjadi pada semua unsur dasar lainnya.

Pada komunikasi satu arah, proses komunikasi berlangsung dari butir 1 ke butir 6, yakni dari pengirim ke penerima. Sedangkan pada komunikasi dua arah, kedua belah pihak dapat menjadi pengirim ataupun penerima pesan. Berikut ini adalah bagan komunikasi ( dimodifikasi dari Jhonson dan Jhonson, 1977: 111 )





Meskipun teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami perkembangan yang pesat, namun belum merata pada semua negara. Perkembangannya di negara berkembang masih sangat lambat karena didominasi oleh negara – negara maju. Untuk itu diperlukan upaya – upaya untuk merebut teknologi tersebut. Namun, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu :

1. Pengembangan teknologi satelit yang mutakhir.
2. Penggunaan teknologi digital yang mampu menyalurkan signal yang beragam.
3. Di bidang media cetak antara lain penggunaan VDT ( video display terminal ), surat kabar elektronik, dan sistem cetak jarak jauh.
4. Di media elektronik antara lain penggunaan DBS ( direct broadcast satelitte ). Kesemua hal itu akan mempercepat terwujudnya suatu masyarakat informasi sebagai masyarakat masa depan.

4. Peningkatan Layanan Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan layanan profesional dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Karena perkembangan iptek yang semakin cepat serta perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat, maka anggota masyarakat masa depan semakin luas wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin tinngi. Profesi adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, yang mempunyai keahlian, tanggung jawab, dan kesejawatan. Di bawah ini berbagai ciri profesi ( dari profesionalisasi jabatan guru 1983: 4-6 ) menurut Rober W. Richey ( 1974 ) dan D. Westby gibson ( 1965 ) yaitu :

1. Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu harus mendapa pengakuan dari masyarakat.
2. Terdapat sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik, serta memerlukan waktu yang relatif panjang untuk mempalajarinya sebagai periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu melaksanakan layanan itu.
3. Terdapat suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu, sehingga hanya yang kompeten yang diperbolehkan melaksanakan layanan profesi itu.
4. Terdapat suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah laku dan cara kerja dari anggotanya itu.
5. Terdapat organisasi profesi yang akan berfungsi menjaga layanan profesi dan melindungi kepentingan dan kesejahteraan anggotanya.
6. Pemangku profesi memandang profesinya sebagai suatu karir hidup dan menjadi seorang anggota yang relatif permanen serta mempunyai kemandirian dalam melaksanakan profesinya dan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya sendiri.

Untuk menjadi seorang profesional memerlukan tahapan – tahapan yang sangat panjang. Howsam, et. al. ( 1976 : 7-9 ) mengemukakan suatu pandangan historis tentang profesi dengan mengemukakan lima lingkaran konsentris dari titik tengah berturut – turut :

1. Profesi tertua yakni hukum, kesehatan, teologi dan dosen.
2. Profesi baru yakni arsitektur, insinyur, dan optometri.
3. Pekerjaan yang segera diakui sebagai profesi umpama pekerja sosial yang masih semi profesional akan segera diakui sebagai profesional.
4. Semi profesional.
5. Pekerjaan biasa yang tidak berusaha memperoleh status pofesional

Profesionalisasi merupakan proses pemantapan profesi sehingga memperolah status yang melembaga sebagai profesional ( Nugroho Notosusanto, 1984: 13-16), di dalamnya akan terkait dengan permasalahan akreditasi, sertifikasi dan izin praktek. Mc. Cully ( 1969 dari T. Raka Joni, 1981: 5-8) mengemukakan enam tahap dalam proses profesinalisasi yakni :

1. Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan pemerintah.
2. Penepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan prajabatan tentang standar kompetensi minimal yang harus dimiliki setiap calon profesi tersebut.
3. Akreditas, pengakuan resmi tentang kelayakan suatu program pendidikan prajabatan yang ditugasi menghasilkan calon tenaga profesi yang bersangkutan.
4. Mekanisme sertifikasi dan pemberian izin praktek.
5. Baik secara perseorangan atau kelompok, pemangku profesi bertanggung jawab penuh terhadap segala aspek pelaksanaan tugasnya yakni kebebasan mengambil keputusan secara profesional.
6. Kelompok profesional memiliki kode etik, yang berfungsi ganda yaitu :
Ø Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu.
Ø Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.

B. Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang cepat tetntulah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi yang baru tersebut. Untuk itu pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang mampu menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Yang melahirkan generasi yang “ think globally but act locally”. Sehingga diperlukan pula penggarapan pendidikan yang baru yang harus menyeluruh mulai dari lapis sistem/nasional, lapis institusional, sampai pada lapis individual ( Charter dan Jones, 1973 dari Raka Joni 1983 : 24 ). Pada lapis sistem, secara nasional telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan dalam sejumlah perundang – undangan, utamanya UU-RI No 2 tahun1989 tentang sisdiknas beserta serangkaian aturan pelaksanaannya. Penggarapan pada lapisan institusional berkaitan dengan aspek kelembagaan seperti : kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan, sarana dan prasarana. Sedangkan pada lapis individual penggarapan upaya pembaharuan utamanya terkait dengan semua personal yang terlibat dalam pendidikan yaitu guru dan siswa. Keberhasilan terhadap antisipasi masa depan pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan. Pembangunan manusia indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara indonesia pada abad ke 21 yang akan datang. Oleh kerena itu kajian selanjutnya adalah :

ü Tuntutan bagi manusia masa depan.
ü Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap.

1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan
Dalam upaya menjadi menusia masa depan banyak tantangan – tantangan yang akan dihadapi seperti : kemampuan menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang globalisasi berbagai bidang. Berdasarkan acuan normatif yang berlaku ( UU RI No 2 / 1989 beserta peraturan pelaksanaanya ) telah ditetapkan rumusan tujuan pendidikan indonesia, yang dapat dianggap profil menusia indonesia di masa depan. Salah satu ketentuan yang penting pada perundang – undangan itu adalah wajib belajar sembilan tahun yaitu SD, SMP dan SMK/SMA. Dalam penjelasan PP RI No 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar ( penjelasan pasal tiga ) dikemukakan tujuan – tujuan pendidikan dasar tersebut, sebagai berikut :

a. Pengembangan kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang – kurangnya mencangkup upaya untuk :
1) Memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan.
2) Membiasakan untuk berperilaku yang baik.
3) Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar.
4) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
5) Memberikan kemampuan untuk belajar
6) Membentuk kemampuan belajar.

b. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota masyarakat sekurang – kurangnya mencangkup upaya :
Ø Memberkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakat.
Ø Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam masyarakat.
Ø Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehudupan bermasyarakat.

c. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai warga negara sekurang – kurangnya mencangkup upaya untuk :
Ø Mengembangkan perhatian dan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara RI.
Ø Menambahkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara.
Ø Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

d. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota umat manusia mencangkup upaya untuk :
Ø Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat
Ø Meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia.
Ø Memberikan pengertian tentang ketertiban dunia.
Ø Meningkatkan kesadaran pentingnya persahabatan antar bangsa.

e. Mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah dalam menguasai kurikulum yang diisyaratkan.

Tuntutan manusia di masa depan menyebabkan manusia diarahkan pada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan unuk menyesuaikan diri dengan keadaan di masa depan. Beberapa diantaranya adalah :

Ketanggapan terhadap berbagai masalah sosial, politik, kultural dan lingkungan.
Kreativitas di dalam menemukan alternatif pemecahannya.
Efisiensi dan etos kerja yang tinggi ( sekretariat bersama, 1989: 10 ).

Bertolak dari tesis ketidakpastian, Makaminan Makagiansar ( 1990: 5-6 ) mengemukakan pentingnya mengembangkan empat hal pada peserta didik, yakni :

1) Kemampuan mengantisipasi ( anticipate ) perkembangan berdasarkan ilmu pengetahuan.
2) Kemampuan dan sikap untuk mengerti dan mengatasi situasi ( cope ).
3) Kemampuan mengakomodasi ( accomodate ), utamanya perkembangaan iptek serta perubahan yang diakibatkannya.
4) Kemampuan merorientasi ( reorient ), utamanya kemampuan seleksi ( filter ) terhadap arus informasi yang memborbardirnya.

Akhirnya dikemukakan pendapat Mayjen Sajidiman ( 1972: 10-11) yang menekankan kemampuan yang diperlukan manusia indonesia berdasarkan fungsinya, yakni:

Pekerja yang terampil yang menjadi bagian utama dari mekanisme produksi yang harus lebih efektif dan efesien.
Pemimpin dan manajer yang efektif, yang memiliki kemampuan mengendalikan pelaksanaan dengan cakap dan berwibawa.
Pemikir yang menentukan arah perjalanan dan melihat segala kemungkinan di hari depan.

2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan
Berdasarkan perkiraan tentang masyarakat masa depan serta profil menusia masa depan yang diharapkan berhasil di dalam masyarakat itu maka perlu dikaji berbagai upaya masa kini yang memungkinkan mewujudkan manusia masa depan tersebut. Dalam penjelasan UU RI No 2 tahun1989 dikemukakan sebagai berikut : “dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila di bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan : pertama, pembentukan manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tingi kualitasnya dan mampu mandiri. Dan kedua, pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indondesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh. Oleh karena itu kajian tentang upaya mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan diarahkan pada :

1. Aspek yang paling berperan dalam individu untuk memberi arah antisipasi tersebut yakni nilai dan sikap.
2. Pengembangan budaya dan sarana kehidupan.
3. Tentang pendidikan itu sendiri, utamanya pengembangan sarana pendidikan. Ketiga hal tersebut merupakan titik strategi dalam mengantisipasi masa depan.

a. Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai dan sikap memang memegang peranan penting dalam membentuk wawasan dan perilaku manusia. Nilai merupakan norma atau kaidah yang menjadi rujukan atas perilaku. Nilai – nilai tersebut bersumber dari nilai agama, hukum, adat istiadat, kesopanan, moral dan lainnya baik yang tertulis ataupun tidak tertulis. Salah satu pengaruh nilai – nilai tersebut akan tampak dalam sikap seseorang. Kalau nilai masih bersifat umum maka sikap selalu terkait dengan objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikao terhadap objek tersebut. Dalam bersikap dapat dibedakan tiga aspek, yakni :

1. Aspek kognitif seperti pemahaman tentang objek sikap.
2. Aspek afektif yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan dapat sangat subjektif seperti setuju atau tidak setuju, suka atau benci dan sebagainya.
3. Aspek konatif yang mendorong untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut. Ketiga aspek tersebut pada dasarnya terpadu atau saling berkaitan dalam membentuk sikap seseorang.

Pembentukan pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pembiasaan, pelaksanaan dan sebagainya. Perubahan nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara aspek pembaharuan dan pelestarian. Nilai – nilai luhur yang mendasari kepribadian dan kebudayaan indonesia semestinya akan tetap dilestarikan agar terhindar dari krisis identitas.

b. Pengembangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengatasi masa depan adalah uapaya yang berkaitan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal – hal yang berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Kebudayaan adalah hasil karya manusia melalui cipta dan karsa yang berkaitan dengan religi, kesenian, bahasa, pengetahuan sampai sisem teknologi dan peralatan. Sekarang ini masyarakat indonesia berusaha untuk beralih dari masyarakat pertanian ke masyarakat industri atau informasi sehingga unsur – unsur kebudayaan yang ada pun akan ikut terpengaruh dan berkembang. Keseluruhan unsur kebudayaan tersebut akan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya baik itu di Indonesia dan di dunia sekalipun. Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini, merupakan hal yang wajar dalam era globalisasi. Berkaitan dengan hal itu UNESCO telah menetapkan konsep Dasawarsa Kebudayaan Sedunia yang menekankan bahwa pengembangan kebudayaan dunia masa kini harus meliputi empat dimensi ( Makaminan Makagiansar, 1990: 7 ) yakni :

ü Afirmasi atau penegasan dimensi budaya dalam proses pembangunan, karena pembangunan akan hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan masyarakat / bangsa yang bersangkutan.
ü Mereafirmasi dan mengembangkan identitas budaya, dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
ü Partisipasi, yakni dalam pengembangan suatu bangsa dan negara maka partisipasi yang optimal dari masyarakat adalah mutlak diperlukan.
ü Memajukan kerja sama budaya antarbangsa yang merupakan tuntutan mutlak era globalisasi.

c. Pengembangan Sarana Pendidikan
Sampai kapanpun pendidikan merupakan pilar utama dalam mengantisipasi masa depan, karena pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik untuk berperan di masa depan / yang akan datang. Untuk itu pengembangan sarana dan prasarana pendidikan harus terus diringkatkan dan disiapkan dengan sebaik – baiknya agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan lancar dan tepat sasaran. Dari tahun ke tahun pemerintah telah menetapkan perundang – undangan dalam sistem pendidikan dan sekarang ini telah ditetapkan sistem wajar yaitu wajib belajar sembilan tahun ( 6 tahun SD dan 3 tahun SMP ). Peningkatan mutu pendidikan dasar itu yang wajib diikuti oleh semua warga negara akan menjadi cikal bakal ke arah peningkatan mutu pendidikan menengah dan tinggi serta terbentuknya asyarakat terdidik yang mampu terus belajar mandiri. Dalam menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo ( 1990: 33 ) mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut yakni :

1. Pendidikan untuk mengembangkan iptek, dipilih terutama dalam bidang – bidang yang vital, seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2. Pendidikan untuk mengembangkan keterampilan manajemen, termasuk bahasa – bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai instrumen operasional untuk berkiprah dalam globalisasi.
3. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana, dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia.\
4. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama, ideologi demi ketahanan sosial – budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan pelatihan, terhadap pengelola sistem pendidikan formal dan non-formal, demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan efesiensi sumber daya manusia serta keseluruhan.