Perkiraan
dan Antisipasi terhadap Masyarakat Masa Depan
Sejarah masa lampau dan pengalaman –
pengalaman, kenyataan dan kebutuhan mendesak masa kini serta harapan masa depan
menjadi tumpuan dari pendidikan. Melalui pendidikan masyarakat akan
melestarikan nilai – nilai sosial kebudayaannya. Dalam UU – RI No. 2 tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 telah ditetapkan bahwa “ pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa depan.” Bagi mahasiswa
calon tenaga kependidikan utamanya guru, kajian tentang masyarakat masa depan
tersebut berdampak ganda yakni untuk dirinya sendiri dan kelak untuk siswa –
siswanya. Untuk itu di bawah ini adalah paparan tentang perkiraan masyarakat
masa depan serta akan diikuti dengan kajian tentang upaya pendidikan untuk
mengantisipasinya.
A. Perkiraan Masyarakat Masa Depan
Di Indonesia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan latar kemasyarakatan
dan kebudayaan Indonesia. Seperti yang dikemukakan sebelumnya masyarakat
Indonesia dan kebudayaan nasional merupakan Landasan Sistem Pendidikan
Nasional. Di sisi lain pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pelestarian
dan pengembangan kebudayaan setiap masyarakat. Dalam UU No 2 tahun 1989 juga
dijelaskan bahwa “ dalam kehidupan suatu bangsa pendidikan mempunyai peranan
yang amat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu
bangsa.”
Demi pemahaman dan dan karena adanya saling pengaruh antara pendidikan dan
latar sosio – kultural, maka perlu dikemukakan terlebih dahulu pengertian
kebudayaan. Dalam hal ini adalah kebudayaan dalam arti luas yakni “ keseluruhan
gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar beserta
keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.” ( koentjaraningrat, 1974: 19 ).
Kebudayaan itu dapat :
1. Berwujud ideal yakni ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, peraturan
dan sebagainya.
2. Berwujud kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3. Berwujud fisik yakni benda – benda hasil karya manusia. ( koentjaraningrat,
1974: 15-22 ).
Berbagai wujud kebudayaan tersebut selalu mengalami perubahan seiring dengan
perubahan masyarakat. Karena pengertian kebudayaan yang begitu luas seringkali
dipecah menjadi unsur – unsur kebudayaan yang dipandang sebagai unsur – unsur
universal dari kebudayaan yakni :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
3. Sistem pengetahuan.
4. Bahasa.
5. Kesenian.
6. Sistem mata pencaharian,
7. Sistem teknologi dan peralatan.
Unsur – unsur di atas diurut dari unsur yang sukar kena pengaruh dari
kebudayaan lain sampai yang mudah berubah atau terpengaruh kebudayaan lain.
Perubahan salah satu dari unsur – unsur tersebut akan berdampak pada
keseluruhan unsur – unsur kebudayaan lainnya. Dewasa ini perkembangan
kebudayaan sangat cepat serta meliputi seluruh aspek kehidupan. Percepatan itu
terjadi karena pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan yang cepat itu mempunyai beberapa karakteristik umum yang dapat
dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan. Ciri – ciri yang akan
dibahas adalah :
1. Kecenderungan globalisasi yang makin kuat.
Perkembangan Iptek yang makin cepat.
2. Perkembangan arus informasi yang semakin padat dan cepat.
3. Kebutuhan / tuntutan peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi
kehidupan manusia.
1. Kecenderungan Globalisasi
Globalisasi berarti keseluruhan atau secara umum, sehingga bumi ini seakan –
akan sebagai satu kesatuan tanpa batas administrasi negara, dunia menjadi amat
transparan, serta saling ketergantungan antar bangsa di dunia. Gelombang
globalisasi sedang menerpa seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia,
menyusup ke dalam seluruh unsur kebudayaan dengan dampak yang berbeda – beda.
Menurut Emil Salim ( 1990: 8-9 ) terdapat empat kekuatan gelombang globalisasi
yang paling kuat dan menonjol. Bidang tersebut meliputi iptek, ekonomi,
lingkungan hidup dan pendidikan. Kajian keempat bidang tersebut sebagai berikut
:
a) Bidang iptek yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat, utamanya
dengan menggunakan teknologi canggih seperti komputer dan satelit. Globalisasi
iptek tersebut memberi orientasi baru dalam bersikap dan berpikir serta
berbicara tanpa batas negara.
b) Bidang ekonomi yang mengarah ke ekonomi regional dan atau ekonomi global
tanpa mengenal batas – batas negara. Hal ini menyebabkan banyak kelompok –
kelompok ekonomi yang berkembang misalnya Masyarakat Ekonomi Eropa untuk eropa
barat dan NAFTA di Amerika Serikat. Globalisasi ekonomi ini telah menyebabkan
negara hanya bertapal batas politik saja, sedang dari segi ekonomi semakin
kabur saja. Peristiwa ekonomi di suatu negara seperti krisis moneter di
Indonesia akan berdampak pula pada hampir seluruh dunia.
c) Bidang lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai
pertemuan Internasional yang mencapai puncaknya pada Konferensi PBB mengenai
Lingkungan Hidup dan Pembangunan pada awal Juni di Brasil. Kerusakan lingkungan
hidup di negara tertentu juga akan berdampak pada negara lainnya. Contohnya
kebakaran hutan yang asapnya sampai ke negara – negara tetangga.
d) Bidang pendidikan yang berkaitan dengan identitas bangsa termasuk budaya nasional
dan budaya – budaya nusantara. Di samping terpaan – terpaan gagasan – gagasan
dalam pendidikan, globalisasi juga menerpa setiap individu manusia melalui
radio, TV, dan Internet. Ke semua itu akan mempengaruhi wawasan, pikiran, dan
bahkan perilaku manusia.
2. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK )
Perkembangan Iptek yang semakin cepat dalam era globalisasi ini merupakan salah
satu ciri utama dari masyarakat masa depan. Percepataan perkembangan iptek
tersebut terkait dengan landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis (
Filsafat ilmu, 1981: 9-15 ). Segi landasan ontologis objek telaah adalah berupa
pengalaman dan semua wujud yang dapat dijangkau lewat alat indra telah
mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkannya piranti yang membantu
alat indra tersebut. Dari segi epistemologis cara yang dipakai untuk memperoleh
pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah mengalami perkembangan
yang pesat. Dengan mulai meninggalkan metode deduksi ala Aristoteles dan
beralih kepada teori Darwin. Charles Darwin mempelopori penggabungan metode
deduktif dengan metode induktif dan dengan mengajukan hipotesis, maka sekarang
dikenal sebagai daur hipotetiko-dedukto-verifikatif dalam metode ilmiah (
filsafat ilmu. 1981: 15 dan 156 ), ataupun model induktif-hipotetiko-deduktif
dalam proses penelitian ( Raka Joni, 198: 6 ). Perkembangan ilmu yang terakhir
ini ialah penyusun suatu teori atau ilmu teoritis sebagai kerangka pemikiran
yang menjelaskan gejala dan hubungan yang diperoleh dalam pengujian empiris dan
selanjutnya dapat meramalkan dan menentukan cara mengontrol hal – hal itu.
Selanjutnya landasan aksiologis atau untuk apa iptek itu dipergunakan, yang
mempersoalkan untuk apa iptek itu dipergunakan secara moral tertuju pada
kemaslahatan manusia. Dan terdapat serangkaian kegiatan pengembangan dan
pemanfaatan iptek, yakni :
1. Penelitian dasar ( basic research )
2. Penelitian terapan ( applied research )
3. Pengembangan teknologi ( technological development )
4. Penerapan teknologi
Ilmu itu adalah kekuasaan seperti yang diucapkan Francis Balkon, karena ilmu
adalah kekuasaan maka teknologi merupakan alat kekuasaan atas :
v Manusia, yakni demi kemaslahatan atau sebaliknya
mengeksloitasi menusia itu.
v Kebudayaan, yakni memperkaya dan memperkuat kebudayaan atau
melunturkan nilai – nilai budaya yang dapat menimbulkan krisis identitas
budaya.
v Alam, yakni memanfaatkan sambil menjaga kelestariannya
ataukah memusnahkan seluruh kehidupan di bumi. Untuk itu iptek merupakan salah
satu kunci keberhasilan kita di masa depan.
Segala sesuatu itu pasti ada dampak positif dan negatif yang ditimbulkan begitu
pula dengan iptek bisa menjadi peluang dan tantangan. Peluang bagi kita untuk
mengikuti perkembangan iptek tersebut secara dini dan apabila masyarakat belum
siap menerimanya maka akan berubah menjadi tantangan. Untuk itu diharapkan di
masa – masa mendatang lahir pakar – pakar iptek yang menguasai secara mendalam
dan memiliki wawasan yang luas dan mampu bekerja secara disiplin dan tetap
berpijak pada budaya indonesia.
3. Perkembangan Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
salah satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah perkembangan informasi dan
komunikasi, utamanya satelit komunikasi, komputer dan lainnya. Begitu pula yang
terjadi di Indonesia kemajuan itu telah mendorong perubahan masyarakat dari
petani menjadi masyarakat industri dan informasi. Seiring dengan itu komunikasi
antar manusia yang berbeda dalam latar kebangsaan dan kebudayaan makin meluas karena
kemajuan transportasi dan telekomunikasi. Dalam berkomunikasi ada beberapa
unsur dasar yakni :
Sumber pesan seperti harapan, gagasan, perasaan atau perilaku yang diinginkan
oleh pengirim pesan.
Penyandian, yakni penerjemahan isi pesan ke dalam bentuk yang serasi dengan
alat pengirim pesan.
Transmisi atau pengiriman pesan.
Saluran
Pembukasandian penerjemahan kembali apa yang diterima ke dalam isi pesan oleh
penerima.
Reaksi internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diterimanya.
Gangguan atau hambatan yang dapat terjadi pada semua unsur dasar lainnya.
Pada komunikasi satu arah, proses komunikasi berlangsung dari butir 1 ke butir
6, yakni dari pengirim ke penerima. Sedangkan pada komunikasi dua arah, kedua
belah pihak dapat menjadi pengirim ataupun penerima pesan. Berikut ini adalah
bagan komunikasi ( dimodifikasi dari Jhonson dan Jhonson, 1977: 111 )
Meskipun teknologi informasi dan komunikasi telah mengalami perkembangan yang
pesat, namun belum merata pada semua negara. Perkembangannya di negara
berkembang masih sangat lambat karena didominasi oleh negara – negara maju.
Untuk itu diperlukan upaya – upaya untuk merebut teknologi tersebut. Namun,
terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu :
1. Pengembangan teknologi satelit yang mutakhir.
2. Penggunaan teknologi digital yang mampu menyalurkan signal yang beragam.
3. Di bidang media cetak antara lain penggunaan VDT ( video display terminal ),
surat kabar elektronik, dan sistem cetak jarak jauh.
4. Di media elektronik antara lain penggunaan DBS ( direct broadcast satelitte
). Kesemua hal itu akan mempercepat terwujudnya suatu masyarakat informasi
sebagai masyarakat masa depan.
4. Peningkatan Layanan Profesional
Salah satu ciri penting masyarakat masa depan adalah meningkatnya kebutuhan
layanan profesional dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Karena
perkembangan iptek yang semakin cepat serta perkembangan arus informasi yang
semakin padat dan cepat, maka anggota masyarakat masa depan semakin luas
wawasan dan pengetahuannya serta daya kritis yang semakin tinngi. Profesi
adalah suatu lapangan pekerjaan dengan persyaratan tertentu, yang mempunyai
keahlian, tanggung jawab, dan kesejawatan. Di bawah ini berbagai ciri profesi (
dari profesionalisasi jabatan guru 1983: 4-6 ) menurut Rober W. Richey ( 1974 )
dan D. Westby gibson ( 1965 ) yaitu :
1. Lebih mengutamakan pelayanan kemanusiaan yang ideal, dan layanan itu harus
mendapa pengakuan dari masyarakat.
2. Terdapat sekumpulan bidang ilmu yang menjadi landasan dari sejumlah teknik
dan prosedur yang unik, serta memerlukan waktu yang relatif panjang untuk
mempalajarinya sebagai periode persiapan yang sengaja dan sistematis agar mampu
melaksanakan layanan itu.
3. Terdapat suatu mekanisme saringan berdasarkan kualifikasi tertentu, sehingga
hanya yang kompeten yang diperbolehkan melaksanakan layanan profesi itu.
4. Terdapat suatu kode etik profesi yang mengatur keanggotaan, serta tingkah
laku dan cara kerja dari anggotanya itu.
5. Terdapat organisasi profesi yang akan berfungsi menjaga layanan profesi dan
melindungi kepentingan dan kesejahteraan anggotanya.
6. Pemangku profesi memandang profesinya sebagai suatu karir hidup dan menjadi
seorang anggota yang relatif permanen serta mempunyai kemandirian dalam
melaksanakan profesinya dan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya
sendiri.
Untuk menjadi seorang profesional memerlukan tahapan – tahapan yang sangat
panjang. Howsam, et. al. ( 1976 : 7-9 ) mengemukakan suatu pandangan historis
tentang profesi dengan mengemukakan lima lingkaran konsentris dari titik tengah
berturut – turut :
1. Profesi tertua yakni hukum, kesehatan, teologi dan dosen.
2. Profesi baru yakni arsitektur, insinyur, dan optometri.
3. Pekerjaan yang segera diakui sebagai profesi umpama pekerja sosial yang
masih semi profesional akan segera diakui sebagai profesional.
4. Semi profesional.
5. Pekerjaan biasa yang tidak berusaha memperoleh status pofesional
Profesionalisasi merupakan proses pemantapan profesi sehingga memperolah status
yang melembaga sebagai profesional ( Nugroho Notosusanto, 1984: 13-16), di
dalamnya akan terkait dengan permasalahan akreditasi, sertifikasi dan izin
praktek. Mc. Cully ( 1969 dari T. Raka Joni, 1981: 5-8) mengemukakan enam tahap
dalam proses profesinalisasi yakni :
1. Penetapan dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi
sehingga memperoleh pengakuan masyarakat dan pemerintah.
2. Penepakatan antara kelompok profesi dan lembaga pendidikan prajabatan
tentang standar kompetensi minimal yang harus dimiliki setiap calon profesi
tersebut.
3. Akreditas, pengakuan resmi tentang kelayakan suatu program pendidikan
prajabatan yang ditugasi menghasilkan calon tenaga profesi yang bersangkutan.
4. Mekanisme sertifikasi dan pemberian izin praktek.
5. Baik secara perseorangan atau kelompok, pemangku profesi bertanggung jawab
penuh terhadap segala aspek pelaksanaan tugasnya yakni kebebasan mengambil
keputusan secara profesional.
6. Kelompok profesional memiliki kode etik, yang berfungsi ganda yaitu :
Ø Perlindungan terhadap masyarakat agar memperoleh layanan
yang bermutu.
Ø Perlindungan dan pedoman peningkatan kualitas anggota.
B. Upaya Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan
menerima arus informasi yang cepat tetntulah memerlukan warga yang mau dan
mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan
situasi yang baru tersebut. Untuk itu pendidikan berkewajiban mempersiapkan
generasi baru yang mampu menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang. Yang
melahirkan generasi yang “ think globally but act locally”. Sehingga diperlukan
pula penggarapan pendidikan yang baru yang harus menyeluruh mulai dari lapis
sistem/nasional, lapis institusional, sampai pada lapis individual ( Charter
dan Jones, 1973 dari Raka Joni 1983 : 24 ). Pada lapis sistem, secara nasional
telah ditetapkan serangkaian kebijakan yang dituangkan dalam sejumlah perundang
– undangan, utamanya UU-RI No 2 tahun1989 tentang sisdiknas beserta serangkaian
aturan pelaksanaannya. Penggarapan pada lapisan institusional berkaitan dengan
aspek kelembagaan seperti : kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan,
sarana dan prasarana. Sedangkan pada lapis individual penggarapan upaya
pembaharuan utamanya terkait dengan semua personal yang terlibat dalam
pendidikan yaitu guru dan siswa. Keberhasilan terhadap antisipasi masa depan
pada akhirnya ditentukan oleh kualitas manusia yang dihasilkan oleh pendidikan.
Pembangunan manusia indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan
negara indonesia pada abad ke 21 yang akan datang. Oleh kerena itu kajian
selanjutnya adalah :
ü Tuntutan bagi manusia masa depan.
ü Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan
dengan perubahan nilai dan sikap.
1. Tuntutan bagi Manusia Masa Depan
Dalam upaya menjadi menusia masa depan banyak tantangan – tantangan yang akan
dihadapi seperti : kemampuan menyesuaikan diri dan memanfaatkan peluang
globalisasi berbagai bidang. Berdasarkan acuan normatif yang berlaku ( UU RI No
2 / 1989 beserta peraturan pelaksanaanya ) telah ditetapkan rumusan tujuan
pendidikan indonesia, yang dapat dianggap profil menusia indonesia di masa
depan. Salah satu ketentuan yang penting pada perundang – undangan itu adalah
wajib belajar sembilan tahun yaitu SD, SMP dan SMK/SMA. Dalam penjelasan PP RI
No 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar ( penjelasan pasal tiga ) dikemukakan
tujuan – tujuan pendidikan dasar tersebut, sebagai berikut :
a. Pengembangan kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang – kurangnya mencangkup
upaya untuk :
1) Memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan.
2) Membiasakan untuk berperilaku yang baik.
3) Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar.
4) Memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
5) Memberikan kemampuan untuk belajar
6) Membentuk kemampuan belajar.
b. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota masyarakat sekurang –
kurangnya mencangkup upaya :
Ø Memberkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakat.
Ø Menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam masyarakat.
Ø Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan untuk berperan serta dalam kehudupan bermasyarakat.
c. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai warga negara sekurang –
kurangnya mencangkup upaya untuk :
Ø Mengembangkan perhatian dan pengetahuan tentang hak dan
kewajiban sebagai warga negara RI.
Ø Menambahkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan
bangsa dan negara.
Ø Memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
d. Pengembangan kehidupan peserta didik sebagai anggota umat manusia mencangkup
upaya untuk :
Ø Meningkatkan harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat
Ø Meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia.
Ø Memberikan pengertian tentang ketertiban dunia.
Ø Meningkatkan kesadaran pentingnya persahabatan antar
bangsa.
e. Mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah dalam
menguasai kurikulum yang diisyaratkan.
Tuntutan manusia di masa depan menyebabkan manusia diarahkan pada pembekalan
kemampuan yang sangat diperlukan unuk menyesuaikan diri dengan keadaan di masa
depan. Beberapa diantaranya adalah :
Ketanggapan terhadap berbagai masalah sosial, politik, kultural dan lingkungan.
Kreativitas di dalam menemukan alternatif pemecahannya.
Efisiensi dan etos kerja yang tinggi ( sekretariat bersama, 1989: 10 ).
Bertolak dari tesis ketidakpastian, Makaminan Makagiansar ( 1990: 5-6 )
mengemukakan pentingnya mengembangkan empat hal pada peserta didik, yakni :
1) Kemampuan mengantisipasi ( anticipate ) perkembangan berdasarkan ilmu
pengetahuan.
2) Kemampuan dan sikap untuk mengerti dan mengatasi situasi ( cope ).
3) Kemampuan mengakomodasi ( accomodate ), utamanya perkembangaan iptek serta
perubahan yang diakibatkannya.
4) Kemampuan merorientasi ( reorient ), utamanya kemampuan seleksi ( filter )
terhadap arus informasi yang memborbardirnya.
Akhirnya dikemukakan pendapat Mayjen Sajidiman ( 1972: 10-11) yang menekankan
kemampuan yang diperlukan manusia indonesia berdasarkan fungsinya, yakni:
Pekerja yang terampil yang menjadi bagian utama dari mekanisme produksi yang
harus lebih efektif dan efesien.
Pemimpin dan manajer yang efektif, yang memiliki kemampuan mengendalikan
pelaksanaan dengan cakap dan berwibawa.
Pemikir yang menentukan arah perjalanan dan melihat segala kemungkinan di hari
depan.
2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan
Berdasarkan perkiraan tentang masyarakat masa depan serta profil menusia masa
depan yang diharapkan berhasil di dalam masyarakat itu maka perlu dikaji
berbagai upaya masa kini yang memungkinkan mewujudkan manusia masa depan
tersebut. Dalam penjelasan UU RI No 2 tahun1989 dikemukakan sebagai berikut :
“dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila di
bidang pendidikan, maka pendidikan nasional mengusahakan : pertama, pembentukan
manusia pancasila sebagai manusia pembangunan yang tingi kualitasnya dan mampu
mandiri. Dan kedua, pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan
negara Indondesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh. Oleh
karena itu kajian tentang upaya mengantisipasi masa depan melalui pendidikan
akan diarahkan pada :
1. Aspek yang paling berperan dalam individu untuk memberi arah antisipasi
tersebut yakni nilai dan sikap.
2. Pengembangan budaya dan sarana kehidupan.
3. Tentang pendidikan itu sendiri, utamanya pengembangan sarana pendidikan.
Ketiga hal tersebut merupakan titik strategi dalam mengantisipasi masa depan.
a. Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai dan sikap memang memegang peranan penting dalam membentuk wawasan dan
perilaku manusia. Nilai merupakan norma atau kaidah yang menjadi rujukan atas
perilaku. Nilai – nilai tersebut bersumber dari nilai agama, hukum, adat
istiadat, kesopanan, moral dan lainnya baik yang tertulis ataupun tidak
tertulis. Salah satu pengaruh nilai – nilai tersebut akan tampak dalam sikap
seseorang. Kalau nilai masih bersifat umum maka sikap selalu terkait dengan
objek tertentu dan disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan
sikao terhadap objek tersebut. Dalam bersikap dapat dibedakan tiga aspek, yakni
:
1. Aspek kognitif seperti pemahaman tentang objek sikap.
2. Aspek afektif yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan dapat sangat subjektif
seperti setuju atau tidak setuju, suka atau benci dan sebagainya.
3. Aspek konatif yang mendorong untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap
objek tersebut. Ketiga aspek tersebut pada dasarnya terpadu atau saling
berkaitan dalam membentuk sikap seseorang.
Pembentukan pengubahan nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti pembiasaan, pelaksanaan dan sebagainya. Perubahan
nilai dan sikap dalam rangka mengantisipasi masa depan haruslah diupayakan
sedemikian rupa sehingga dapat diwujudkan keseimbangan dan keserasian antara
aspek pembaharuan dan pelestarian. Nilai – nilai luhur yang mendasari
kepribadian dan kebudayaan indonesia semestinya akan tetap dilestarikan agar
terhindar dari krisis identitas.
b. Pengembangan Kebudayaan
Salah satu upaya penting dalam mengatasi masa depan adalah uapaya yang
berkaitan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal – hal yang
berkaitan dengan sarana kehidupan manusia. Kebudayaan adalah hasil karya
manusia melalui cipta dan karsa yang berkaitan dengan religi, kesenian, bahasa,
pengetahuan sampai sisem teknologi dan peralatan. Sekarang ini masyarakat
indonesia berusaha untuk beralih dari masyarakat pertanian ke masyarakat
industri atau informasi sehingga unsur – unsur kebudayaan yang ada pun akan
ikut terpengaruh dan berkembang. Keseluruhan unsur kebudayaan tersebut akan
saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya baik itu di Indonesia dan di dunia
sekalipun. Saling pengaruh dalam pengembangan kebudayaan di dunia ini,
merupakan hal yang wajar dalam era globalisasi. Berkaitan dengan hal itu UNESCO
telah menetapkan konsep Dasawarsa Kebudayaan Sedunia yang menekankan bahwa
pengembangan kebudayaan dunia masa kini harus meliputi empat dimensi (
Makaminan Makagiansar, 1990: 7 ) yakni :
ü Afirmasi atau penegasan dimensi budaya dalam proses
pembangunan, karena pembangunan akan hampa jika tidak diilhami oleh kebudayaan
masyarakat / bangsa yang bersangkutan.
ü Mereafirmasi dan mengembangkan identitas budaya, dan setiap
kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
ü Partisipasi, yakni dalam pengembangan suatu bangsa dan
negara maka partisipasi yang optimal dari masyarakat adalah mutlak diperlukan.
ü Memajukan kerja sama budaya antarbangsa yang merupakan
tuntutan mutlak era globalisasi.
c. Pengembangan Sarana Pendidikan
Sampai kapanpun pendidikan merupakan pilar utama dalam mengantisipasi masa depan,
karena pendidikan selalu diorientasikan pada penyiapan peserta didik untuk
berperan di masa depan / yang akan datang. Untuk itu pengembangan sarana dan
prasarana pendidikan harus terus diringkatkan dan disiapkan dengan sebaik –
baiknya agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan lancar dan tepat
sasaran. Dari tahun ke tahun pemerintah telah menetapkan perundang – undangan
dalam sistem pendidikan dan sekarang ini telah ditetapkan sistem wajar yaitu
wajib belajar sembilan tahun ( 6 tahun SD dan 3 tahun SMP ). Peningkatan mutu
pendidikan dasar itu yang wajib diikuti oleh semua warga negara akan menjadi
cikal bakal ke arah peningkatan mutu pendidikan menengah dan tinggi serta
terbentuknya asyarakat terdidik yang mampu terus belajar mandiri. Dalam menyongsong
era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat beberapa hal yang secara
khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan. Santoso S. Hamijoyo (
1990: 33 ) mengemukakan lima strategi dasar dalam era globalisasi tersebut
yakni :
1. Pendidikan untuk mengembangkan iptek, dipilih terutama dalam bidang – bidang
yang vital, seperti manufakturing pertanian, sebagai modal utama menghadapi
globalisasi.
2. Pendidikan untuk mengembangkan keterampilan manajemen, termasuk bahasa –
bahasa asing yang relevan untuk hubungan perdagangan dan politik, sebagai
instrumen operasional untuk berkiprah dalam globalisasi.
3. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga berencana,
dan kesehatan sebagai penangkal terhadap menurunnya kualitas hidup dan
hancurnya sistem pendukung kehidupan manusia.\
4. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama,
ideologi demi ketahanan sosial – budaya termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan pelatihan,
terhadap pengelola sistem pendidikan formal dan non-formal, demi penggalakan
peningkatan pemerataan mutu, relevansi, dan efesiensi sumber daya manusia serta
keseluruhan.